Di tengah kemajuan teknologi yang pesat, perawatan lansia menjadi salah satu bidang yang semakin memanfaatkan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence). Artificial Intelligence (AI) menawarkan potensi besar dalam mendukung kebutuhan sehari-hari para pensiunan yang sudah berusia lanjut (lansia).
Survei Retirement Living belum lama ini menemukan, 57% orang Amerika berusia di atas 55 tahun telah menggunakan ChatGPT, salah satu teknologi kecerdasan buatan (AI). Hal ini menunjukkan bahwa teknologi kecerdasan buatan (AI) mulai diterima di kalangan lansia.
Penggunaan AI oleh lansia paling sering dilakukan untuk mencari resep, memahami konsep yang sulit, dan menyusun balasan pesan teks. Selain itu, ada yang memanfaatkannya untuk mempelajari keterampilan baru, mendapatkan rekomendasi media sesuai minat, dan bahkan membantu menulis lelucon. Di antara lansia yang masih bekerja, 46% menggunakan AI untuk menghasilkan ide di tempat kerja.
Kehidupan para lansia yang sudah pensiun memiliki tantangannya tersendiri. Dalam survei Retirement Living tersebut ditemukan, hampir setengah dari para pensiunan tersebut mengalami kebosanan setidaknya sekali dalam seminggu, dan sekitar sepertiga dari mereka berjuang dengan kesepian, kecemasan, dan masalah memori. Pengalaman dan perasaan lain yang dilaporkan oleh lansia dalam survei ini meliputi:
- lupa nama seseorang (66%)
- menginginkan percakapan yang lebih bermakna (61%)
- ingin berbicara dengan seseorang tanpa harus keluar rumah (49%)
- lupa mengonsumsi obat (40%)
- perlu pengetahuan lebih tentang kesehatan pribadi (40%)
- lupa tanggal-tanggal penting (39%)
Karena itu, lansia menunjukkan minat yang signifikan terhadap aplikasi percakapan berbasis AI. Rata-rata, mereka bersedia membayar sekitar $9 per bulan untuk aplikasi percakapan AI yang dapat menemani dan memberikan dukungan emosional.
Sebesar 94% percaya bahwa kecerdasan buatan (AI) dapat memberikan manfaat besar dalam perawatan lansia. Mereka bersedia mempercayakan AI untuk tugas-tugas sederhana seperti menjadwalkan janji (51%), bantuan teknis (50%), dan memberikan rangsangan kognitif (49%). Namun, untuk tugas-tugas yang lebih penting, menunjukkan prosentase yang lebih kecil, misalnya memberikan dukungan emosional (17%), menawarkan diagnosis medis (12%), atau menyarankan dosis obat (11%).
Lansia melihat banyak keuntungan dari penggunaan AI dalam perawatan mereka, termasuk bantuan berbasis suara (57%), rangsangan kognitif (55%), dan respons darurat otomatis (52%). Lebih dari 2 dari 5 lansia juga percaya bahwa AI dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk tinggal di rumah, dan 1 dari 4 merasa AI bisa membantu dalam perawatan demensia di rumah. Manfaat AI juga dirasakan oleh pengasuh; 31% lansia merasa AI bisa memberikan dukungan yang diperlukan oleh pengasuh, dan 29% percaya bahwa AI dapat membantu koordinasi lansia dengan pengasuh.
Namun, ada beberapa kekhawatiran mengenai penggunaan AI dalam perawatan lansia. Kekhawatiran terbesar adalah penyimpanan dan pengumpulan data yang tidak sah (65%), yang sangat sensitif terkait informasi medis pribadi. Lansia juga khawatir tentang berkurangnya interaksi manusia (61%) dan kurangnya hubungan emosional (54%). Banyak lansia juga merasa tidak nyaman dengan beberapa bahaya lebih luas dari AI, termasuk dilema etika (31%), kesulitan penggunaan (29%), serta bias dan diskriminasi (24%).
Meskipun ada kekhawatiran tersebut, hanya 12% responden yang mengatakan mereka tidak akan mempercayakan AI sama sekali untuk tugas-tugas sehari-hari. Ini menunjukkan bahwa, meskipun ada tantangan dan kekhawatiran, sebagian besar lansia tetap melihat potensi positif dari teknologi AI dalam meningkatkan kualitas perawatan mereka.
Survei di atas dilakukan pada responden di Amerika. Di Indonesia sendiri penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) meningkat dari waktu ke waktu. Berdasarkan hasil survei Populix pada tahun 2023, hampir setengah atau 45% pekerja dan pengusaha di Indonesia telah menggunakan aplikasi AI. Menurut survei tersebut, ChatGPT merupakan aplikasi AI yang paling banyak digunakan di Indonesia. Tercatat, sebanyak 52% responden telah menggunakan platform AI generatif tersebut.
Walaupun belum ada survei khusus yang dilakukan pada lansia di Indonesia, ada alasan untuk percaya bahwa sebagian lansia telah menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI), setidaknya hanya untuk mencoba teknologi baru. Dengan pendekatan yang hati-hati dan penerapan yang bijaksana, AI dapat menjadi alat yang berharga dalam membantu lansia menjalani hidup yang lebih mandiri dan memuaskan. Di masa depan, peran teknologi secara umum dan kecerdasan buatan secara khusus akan semakin meningkat dalam hal perawatan lansia.
Nah, bagaimana dengan para pensiunan peserta Dana Pensiun BRI, apakah sudah mencoba menggunakan kecerdasan buatan (AI)?