Oleh : Leli Subarnas
Transformasi atau perubahan bagi sebuah Perusahaan, merupakan sebuah keniscayaan. Salah satu faktor yang mendorong mengapa sebuah Perusahaan harus melakukan transformasi atau perubahan, adalah faktor perkembangan teknologi. Kita semua mengetahui dan bahkan mungkin mengalami, dalam kurun waktu 10 tahun terkahir ini perkembangan teknologi sangat luar biasa pesat, khususnya yang terkait dengan teknologi informasi dan komunikasi. Kita dihadapkan pada situasi dimana teknologi secara desruptif telah mengubah cara manusia menjalani hidup, belajar, bekerja dan berinteraksi satu sama lain. Melalui sebuah device (smartphone) seseorang tidak saja bisa berkomunikasi dengan orang lain, tetapi juga bisa belajar, menyelesaikan pekerjaan kantor bahkan melakukan transaksi keuangan.
Faktor yang lain adalah perubahan dalam lingkungan bisnis, termasuk didalamnya adalah dampak yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19 yang mulai timbul pada awal tahun 2020. Seperti yang kita ketahui, pandemi Covid-19 ini bukan semata-mata tragedi kemanusiaan yang menimbulkan korban jutaan orang meninggal dunia di seluruh dunia, tetapi juga krisis ekonomi yang mengakibatkan banyak negara-negara mengalami resesi pada tahun 2020, termasuk Indonesia. Juga merupakan faktor lingkungan bisnis adalah antara lain adanya regulasi yang mengharuskan Perusahaan melakukan perubahan, juga ekspektasi dari para pemangku kepentingan (stakeholders ) yang menuntut Perusahaan untuk lebih transparan dan lebih responsif terhadap perubahan.
Dimana peran SDM ?
Menurut penelitian Forbes, mengungkapkan bahwa 62% kegagalan sebuah transformasi pada Perusahaan dipengaruhi oleh ketidaksiapan Sumber Daya Manusia (Pekerja) Perusahaan tersebut (phintraco,com – 2021). Pertama, kurangnya pemahaman Pekerja Perusahaan mengenai tujuan dilakukannya Transformasi. Hal ini mungkin terjadi karena ada distorsi informasi antara apa yang diharapkan oleh Top Manajamen dengan apa yang diterima oleh para Pekerja. Sementara, ketika transformasi itu dijalankan, para pekerja itulah yang akan menjadi pelakunya. Kedua, banyak dari pekerja yang sudah merasa nyaman berada dalam kondisi yang ada saat ini (comfort zone level).
Mereka merasa tidak perlu dilakukan perubahan , toh keadaan sekarang masih baik-baik saja. Ada kekhawatiran dikalangan pekerja jika dilakukan transformasi apalagi transformasi menuju ke arah digitalisasi, posisi mereka bisa terancam.
Untuk itu Pekerja sebagai human capital Perusahaan yang melakukan Transformasi harus melakukan beberpa hal sebagai berikut :
- Memahami dan meyakini bahwa transformasi itu sebuah keniscayaan. Ada jargon yang sering kita dengar terkait dengan keharusan Perusahaan melakukan perubahan. “berubah atau mati”. Tuntutan perubahan ini bukan semata-mata keinginan Manajemen, tetapi seperti yang disebutkan di atas, bahwa tuntutan lingkungan yang mengharuskan perusahaan beradaptasi atau berubah. Top Manajemen tentunya yang menginisiasi proses berjalannya transformasi, dengan menyampaikan pesan dan agenda transformasi. Pesan perubahan ini harus benar-benar dipahami oleh seluruh Pekerja sehingga harapan dari Top Manajemen dapat diterjemahkan secara benar pada level teknikal (operasional).
- Mempersiapkan diri dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (knowledge and skill) untuk menyesuaikan dengan kebutuhan. Konsekwensi dari sebuah transformasi adalah adanya perubahan dalam proses berfikir, proses bekerja (proses bisnis) baik karena regulasi atau karena teknologi yang digunakan. Namun demikian Teknologi hanyalah sebuah alat, bagaimanapun kemampuan SDM untuk memanfaatkan teknologi ini menjadi sangat penting.
- Open mind. Pekerja sebuah Perusahaan atau Organisasi tidak lagi hanya sebagai individu yang terpaku pada deskripsi pekerjaannya saja. Betul bahwa mereka harus bertanggung jawab terhadap pekerjaannya, tetapi lebih penting, mereka harus merupakan bagian dari sebuah Tim. Karena sebuah Tim akan bisa memenangkan pertandingan jika ada kerjasama yang solid di dalam Tim tersebut. Oleh karena itu konsep bekerja model kolaboratif menjadi penting dalam upaya mencapai tujuan transformasi Perusahaan. Setiap pekerja harus dibiasakan membuka wawasan dan pemikirannya bahwa tujuan Perusahaan (corporate objective) harus didahulukan. Meskipun ada penilian kinerja individu, tetapi jika tujuan Perusahaan tidak tercapai, maka penilaian kinerja individu menjadi tidak bermakna.
Sebagai kesimpulan dari tulisan ini, Sumber Daya Manusia sebuah Perusahaan memegang peranan sangat penting dan strategis bagi keberhasilan sebuah Transformasi. Apapun “senjata” yang akan digunakan untuk melakukan transformasi , tetap “The man behind the Gun” inilah yang lebih utama.